Sebagaimana yang kita ketahui bersama, usai Indonesia ditolak Amerika Serikat dalam pembelian alutsista di zaman Perang Dingin dan Dr. (HC) Ir. Soekarno (Pendiri Partai PNI) memutuskan untuk membeli alutsista dari Uni Soviet, terjadi tiga peristiwa amat penting di Indonesia yakni"pemberian" Supersemar kepada Letnan Jenderal Soeharto,pengeksekusian UU Penanaman Modal Asing oleh Pendiri Partai Soska Indonesia Raden Mas Soemitro Djojohadikoesoemo (priyayi yang dididik di Belanda), dan penguasaan Pertamina oleh militer. Oleh karena itu, kami sangat yakin bahwa orang tua Anda masih mengingat dengan baik siapa Direktur Utama Pertamina tahun 1968-1976. Iya benar. Letnan Jenderal Ibnu Sutowo yang tinggal persis di samping Jalan Cendana, Menteng.
Ia mulai aktif di dunia perminyakan sejak tahun 1956, resmi menjadi Direktur Utama Pertamina sejak tahun 1968, dan sudah memiliki simpanan pribadi sekurang-kurangnya 226,2 juta USD pada tahun 1970. Tahun 1976, beliau diberhentikan dari jabatannya karenakorupsi dalam jumlah yang sangat besar. Korupsi ini membuat Pertamina berutang sebesar 10,5 miliar USD atau 30% total output (PDB) Indonesia saat itu. Luar biasa bukan?
Ia mulai aktif di dunia perminyakan sejak tahun 1956, resmi menjadi Direktur Utama Pertamina sejak tahun 1968, dan sudah memiliki simpanan pribadi sekurang-kurangnya 226,2 juta USD pada tahun 1970. Tahun 1976, beliau diberhentikan dari jabatannya karenakorupsi dalam jumlah yang sangat besar. Korupsi ini membuat Pertamina berutang sebesar 10,5 miliar USD atau 30% total output (PDB) Indonesia saat itu. Luar biasa bukan?
- Selingan: Sejak tahun 1970, Ibnu Sutowo sering berpergian ke New York Amerika Serikat dan sering menyuruh Bob Tutupoly datang ke New York untuk membawa rendang dan menyanyi di restoran termahal di New York yang di-booking secara penuh oleh Ibnu Sutowo.
- Selingan: Gaya hidup mewah Ibnu Sutowo dan keluarga dapat dilihat di internet. Salah satu contohnya ada di http://www.merdeka.com/peristiwa/gaya-hidup-mewah-ibnu-sutowo-dan-keluarga.html
- Selingan: Ibnu Sutowo disebut Atmakusumah, Redaktur Pelaksana Harian Indonesia Raya (surat kabar yang paling keras menyoroti kebijakan-kebijakan Ibnu Sutowo saat itu), memegang kartu truf Letnan Jenderal Soeharto(mertua the American's fair-haired boy.)
- Selingan: Lima bulan setelah "pemberian" Supersemar, Ibnu Sutowo menandatangani perjanjian Production-Sharing Contract (PSC) denganIndependent Indonesian American Petroleum Company (IIAPCO), perusahaan yang amat sangat kecil, yang berkantor pusat di Delaware, Amerika Serikat.Menurut Greg Muttitt dalam Buku "A Game As Old As Empire: The Secret World of Economic Hit Men and the Web of Global Corruption" yang diterbitkan di Amerika Serikat, PSC Pertamina dengan IIAPCO tersebut merupakan PSC yang pertama di dunia dan menyebar dari Indonesia ke seluruh dunia dan keunggulan model PSC ini adalah model ini selalu melindungi perusahaan minyak asing dari gelombang pasang nasionalisasi dan memberikan perusahaan minyak asing kontrol penuh pengembangan dan dominasi keuntungan hingga saat ini. (Hal ini diamini pula oleh konsultan manajemen syariah dan kontributor Jakarta Globe, Idries de Vries.)
- Selingan: Entah dimana hati nurani Ibnu Sutowo. Saat itu, Indonesia masih dilanda bencana kelaparan yang sangat besar. Namun karena cadangan devisa (/simpanan mata uang asing oleh Bank Indonesia) tak cukup untuk mengimpor bahan pangan, negara-negara sahabat terpaksa memberi bantuan pangan kepada Indonesia. Tak heran, tinggi rata-rata penduduk Indonesia (baik pria maupun wanita) jauh lebih rendah daripada tinggi rata-rata penduduk Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, Vietnam, dan bahkan Kamboja.
Sayangnya, hingga detik ini ia tidak pernah diadili, keluarganya tetap tinggal di samping Keluarga Cendana dan masih saja kerap membuat ulah, seperti menipu Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin dan Bank Indonesia.
- Selingan: Anak Ibnu Sutowo, Adiguna Sutowo, mendirikan PT Mugi Rekso Abadi (MRA) pada tahun 1993. MRA memiliki 35 anak perusahaan, antara lain: Hard Rock Cafe, Zoom Bar & Lounge, BC Bar, Cafe 21, Radio Hard Rock FM (Jakarta, Bandung, Bali), i-Radio, majalah Cosmopolitan, majalah FHM, Four Seasons Hotel dan Four Seasons Apartement di Bali, dealership Ferrari, Maserati, Mercedes Benz, Harley Davidson, Ducati, dan Bulgari.
- Selingan: Adiguna Sutowo dan istri gitaris Piyu "Padi" terlibat dalam penabrakan pagar rumah istri kedua Adiguna Sutowo.
- Selingan: Putra bungsu dari Adiguna Sutowo, Indraguna Sutowo (Pembalap), menikah dengan Dian Sastrowardoyo (lulusan Filsafat, mantan pacar anak pendiri Pemuda Pancasila) pada Mei 2010.
Titel Direktur Utama Pertamina boleh saja tidak lagi dipegang Ibnu Sutowo, namun kekuasaan militer pada sektor perminyakan tetap mendominasi hingga hari ini. (Direktur Utama Pertamina selanjutnya adalah Mayor Jenderal Piet Haryono, Mayor Jenderal Joedo Soembono, dan Mayor Jenderal Abdul Rachman Ramly) Maka, bukan suatu pemandangan yang langka di Indonesia, di samping kantor-kantor Pertamina terdapat markas-markas militer.
- Selingan: Usai reformasi 1998, KKN antara perminyakan dan militer tidak dapat dilenyapkan dan malah membantu militer berjaya kembali. Hal ini terwujud dengan penggunakan BIN dan TNI (termasuk Babinsa di dalamnya) untuk memenangkan Partai Demokrat di pemilu 2004, usai menantu Jenderal (Purn.) Sarwo Edhie Wibowo, Jenderal Susilo Bambang Yudhoyono, menjabat sebagai Menteri ESDM di tahun 1999-2000. Bukti nyatanya adalah kehadiran petinggi-petinggi militer dalam jajaran tim sukses Jend. (Purn) SBY tahun 2004. Di antaranya adalah Letjen Sudi Silalahi (Sesmenko Polhukam waktu itu), Kolonel Azis Ahmadi (sekretaris pribadi Menko Polhukam), Kolonel Kurdi Mustofa (Asisten Deputi Politik Dalam Negeri di Kemenko Polhukam), Mayor Jenderal Muhammad Yasin, dan Mayor Jenderal Setia Purwaka.
- Selingan: Hal di atas termasuk dalam lima pertanyaan yang diajukan Megawati Soekarnoputri sejak tahun 2006 yang hingga kini belum dijawab oleh SBY.
Untuk mengetahui seberapa seksinya perminyakan Indonesia, silakan cermati perhitungan KPK atas pemasukan potensial negara dari sektor perminyakan bila seluruh aktivitas mematuhi hukum (/tidak ada penyelundupan, penyuapan, gratifikasi, dan korupsi.) Hasilnya adalah 20.000 triliun per tahun, 220% dari jumlah keseluruhan output (PDB) Indonesia per tahun 2013, atau 1.340% dari realisasi belanja negara tahun 2013.
- Fakta: Mahfud MD pernah menyebut Pertamina sebagai “sarang koruptor”.
- Fakta: Todung Mulya Lubis mengapresiasi keblak-blakan Jusuf Kalla yang mengangkat soal mafia migas untuk pertama kali di tataran nasional.
- Fakta: Karena perminyakan sangat-sangat menarik, tak heran kalau fokus KPK saat ini adalah membersihkan Kementerian ESDM dari koruptor-koruptor. Contoh-contohnya adalah memvonis mantan Kepala SKK Migas, Rudi Rubiandini (Alumni dan Guru Besar Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan ITB), dengan hukuman 7 tahun penjara; menetapkan mantan Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM, Waryono Karno, sebagai tersangka; menetapkan Ketua Komisi VII (Energi Sumber Daya Mineral) DPR sekaligus Ketua DPP Partai Demokrat, Sutan Bhatoegana, sebagai tersangka; mencegah staf Menteri ESDM, I Gusti Putu Ade Pranjaya, untuk ke luar negeri; mencegah Direktur Utama PT Rajawali Swiber Cakrawala, Deni Karmaina (teman Edhie Baskoro Yudhoyono), untuk ke luar negeri; memanggil Triesnawati Wacik (istri Jero Wacik) dan Ayu Vibrasita (anak Jero Wacik); dan menetapkan Menteri ESDM dan Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat Jero Wacik (Alumni ITB) sebagai tersangka.
- Fakta: UU No. 22 Tahun 2001 mencabut hak Pertamina sebagai satu-satunya pemegang kuasa migas negara dan memposisikan Pertamina hanya menjadi kontraktor yang harus bersaing tanpa keistimewaan apapun dengan kontraktor-kontraktor asing dan swasta yang sudah jauh lebih besar. UU ini dimotori olehMarsekal Madya (Purn.) Ginandjar Kartasasmita (Alumni ITB, Menteri ESDM zaman Soeharto, Tersangka Mark-Up Kilang Balongan, Wakil Ketua MPR tahun 1999-2004, Fraksi Golkar), Arifin Panigoro "Medco Energy" (Alumni ITB, Anak Didik Kesayangan Ginandjar Kartasasmita, Partner Bisnis Hatta Rajasa, dan Sahabat alumni ITB Laksamana Sukardi Tersangka kasus penjualan VLCC di bawah harga pasar, dan Pendiri Partai PDP yang dipecat Megawati Soekarnoputri), dan Fuad Bawazier (Dirjen Pajak dari tahun 1993 sampai tahun 1998, Menteri Keuangan tahun 1998, Penyalur uang Keluarga Cendana ke Poros Tengah dan Amien Rais, Anggota MPR-RI dari PAN tahun 1999-2004, Anggota DPR-RI dari PAN tahun 2004-2009, Satu dari Dua Calon Ketua Umum PAN tahun 2005-2010, dan Anggota Dewan Pakar Tim Kampanye Prabowo-Hatta.)
- Fakta: Menurut dokumen USAID pada tahun 2002, USAID mengakui bahwa institusinya lah yang membuat draft/naskah akademis Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 dan memperlancar pengesahannya. [Bila ingin dicermati, Menteri ESDM saat pengajuan adalah Kuntoro Mangkusubroto (Alumni ITB), Menteri ESDM saat pembahasan adalah Jend. (Purn.) Susilo Bambang Yudhoyono, dan Menteri ESDM saat pengesahan adalah Purnomo Yusgiantoro (Alumni ITB).]
- Fakta: Menurut Prof. Sidharta Utama, C.F.A. (pakar tatakelola perusahaan/corporate governance ternama di Indonesia); ada fenomena pada perusahaan-perusahaan migas dan pertambangan di Indonesia yakni keberadaan anggota dewan direksi atau komisaris yang berlatar belakang militer, polisi, atau politikus.
- Fakta: Menurut David Ransom, warga negara Amerika Serikat lulusan Harvard, dalam laporannya di Majalah Ramparts Oktober 1970 dan di Buku "The Trojan Horse: A Radical Look at Foreign Aid" tahun 1974, pada awal tahun 1949, di sekolah yang didanai oleh Yayasan Ford, School of Advanced International Studies di Washington, Raden Mas Soemitro Djojohadikusumo menjelaskan bahwa Partai Soska Indonesia yang didirikannya bersama K.R.T. Soedjatmoko Mangoendiningrat bermazhabkan sosialisme yang memperbolehkan "free access" kepada sumberdaya alam Indonesia dan memberikan "sufficient incentives" untuk investasi korporasi asing. Tak heran, pada 17 Juli 2013 di Washington, ananda Hashim tanpa tedeng aling-aling mengakui ia seorang kapitalis, membenarkan bahwa Prabowo sangat pro-Amerika, dan mengatakan AS akan tetap menjadi partner yang istimewa di pemerintahan Gerindra.
- Selingan: Laporan David Ransom kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Koalisi Anti Utang (KAU) dan disebarluaskan pada tahun 2006
- Fakta: Menurut majalah TIME tanggal 10 November 1967 dan dokumen Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk Indonesia pada tahun 1969, pada tanggal 2-4 November 1967 Adam Malik, Sultan Hamengkubuwono IX (Triumvirat), Kanjeng Pangeran Haryo Selo Soemardjan, Prof. Dr. Raden Mas Soemitro Djojohadikusumo, Prof. Dr. Moh. Sadli, dan Prof. Widjojo Nitisastro menemui "money kings" dalam acara "Indonesian Investment Conference: To Aid in the Rebuilding of a Nation" di Geneva, Swiss.
- Fakta: Menurut John Pilger (jurnalis investigatif kelahiran Australia dan warga negara Australia dan Inggris) dalam tulisan yang berjudul"Globalisation in Indonesia: Spoils of a Massacre" yang diterbitkan oleh Guardian pada 14 Juli 2001 dan buku yang berjudul "The New Rulers of the World" yang best seller di Inggris pada tahun 2002, para ekonom lulusan Universitas California, Berkeley menawarkan "unskilled labor" yang melimpah di Indonesia dan David Rockefeller (presiden Chase Manhattan Bank dan anak pelopor bisnis minyak dunia dan pendiri kerajaan minyak Standard Oil yang melahirkan perusahaan-perusahaan minyak raksasa, Exxon dan Chevron) memimpin sesi pembagian sektor usaha dan perencanaan hukum investasi di Indonesia. (Hal ini diamini oleh Bradley Simpsons dalam bukunya yang berjudul Economists with Guns: Authoritarian Development and U.S.-Indonesian Relations, 1960-1968 yang diterbitkan oleh Stanford University Press pada tahun 2008.)
- Fakta: Menurut John Perkins, konsultan ternama Parson Chas T. Main, Inc. (MAIN), dalam Buku "Confessions of an Economic Hit Man" yang diterbitkan pada Agustus 2004 dan menjadi New York Times Bestseller tahun itu; pertumbuhan yang berbasis PDomestikB (/jumlah keseluruhan output yang BERADA di Indonesia-baik yang dimiliki asing maupun yang dimiliki WNI-, bukan PNasionalB/jumlah keseluruhan output yang DIMILIKI Warga Negara Indonesia-baik yang berada di luar negeri maupun yang berada di dalam negeri-) sama sekali tidak menjamin apakah sesungguhnya ada pertumbuhan yang nyata pada pendapatan tiap warga negara Indonesia, sering sekali yang tumbuh malah pendapatan perusahaan asing atau hanya pendapatan segelintir pejabat negara saja. Tak heran, Amerika Serikat sendiri sekarang malah mengutamakan penggunaan indeks kesenjangan pendapatan dan tingkat penganggurannegaranya dalam meracik kebijakan fiskal dan moneter, alih-alih perubahan PDB dari tahun ke tahun.
- Selingan: Walaupun ditentang keras Prof. Sri-Edi Swasono (menantu pertama Bung Hatta, suami Prof. Meutia Hatta, dan Guru Besar Ekonomi Kerakyatan FEUI) karena dianggap mencuci otak dan menjauhkan mahasiswa FEUI dari amanah Pasal 33 UUD 1945; Prof. Sumitro Djojohadikusumo (besan Presiden Jenderal Besar Soeharto dan mertua Gubernur BI tahun 1993-1998 Sudrajad Djiwandono yang mengucurkan BLBI) tak pernah berhenti fanatik mengajarkan ICOR (Perubahan Savings dan Foreign Debt:Perubahan PDB) kepada mahasiswa-mahasiswa FEUI.
- Fakta: Menurut Dr. Hadi Soebadio dalam Buku "Hubungan Indonesia-Amerika Serikat Dasawarsa Ke II tahun 1955-1965" yang diterbitkan pada tahun 2005, Soekarno adalah penentang Nekolim (Neo Kolonialisme dan Imperialisme) dalam berbagai bentuk/"go to hell with aid" dan bapak pendiri bangsa kita ini memandang bahwa Uni Soviet lebih bisa dipercaya ketimbang AS karena Uni Soviet belum pernah menjadi negara kolonial di luar negeri, sebaliknya Inggris dan Perancis adalah bekas negara-negara kolonial yang bersahabat dengan Amerika.
- Fakta: Menurut Jenderal (Purn.) Ryamizard Ryacudu/"Si Hadis", dalam bukunya yang berjudul "Bangsa Indonesia Terjebak Perang Modern" yang diterbitkan dua bulan sebelum ia diberhentikan SBY, penyelesaian konflik/separatisme daerah di Papua melibatkan Amerika Serikat.
- Fakta: Menurut profesor sejarah Universitas Amsterdam di Belanda, Prof. Frances Gouda, sejak tahun 1946, Washington mendukung Belanda dan kepemilikannya atas daerah-daerah jajahan melalui Marshall Plan, tidak mengakui nasionalisasi aset yang dilakukan kaum nasionalis Indonesia, dan diam-diam mengizinkan tentara Belanda untuk menggunakan peralatan militer AS. Tak heran, Soekarno melayangkan protes kepada Washington, yang menyatakan bahwa Belanda menyalahgunakan senjata, amunisi, dan baju seragam Amerika.
- Fakta: Menurut Ketua Dewan Koperasi Indonesia; Prof. Sri-Edi Swasono; Soekarno sangat menentang paham liberalisme dan bahkan, pada kuliah tahunan tahun 1958, beliau menegur BEM FEUI karena pandai mengutip Schumpeter dan Keynes tetapi melupakan literatur Marx.
- Fakta: Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 mewajibkan "Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.", bukan “...dipergunakan untuk sebesar-besarnya beberapa dinasti yang tindakannya berkontradiksi dengan ucapannya”, seperti yang dirasakan oleh penduduk Sumbawa dan penduduk Rusia.
MAFIA PERMINYAKAN
Foto: Muhammad Riza Chalid “Gasoline Godfather”, Purnomo Yusgiantoro (Menteri ESDM selama 9 tahun, Golkar, Alumni ITB), dan Hatta Rajasa (Alumni ITB) pada acara pernikahan anak Muhammad Riza Chalid
Karena semua kalangan berpendidikan telah mengetahui mengenai Muhammad Riza Chalid (MRC) “Gasoline Godfather” di Petral (Pertamina Energy Trading Limited), Hutomo Mandala Putra (Humpuss Group), Bambang Trihatmodjo (Bimantara Grup) (ipar-ipar salah satu capres), dan Hatta Rajasa dalam memaling uang rakyat dan hak rakyat di perminyakan, kami hanya akan memberikan sedikit generous clues for non engineering or economics graduates:- Fakta: Pada 9 Juni 2014, Koran “Jakarta Post” memuat wawancara dengan Hatta Rajasa. Hatta Rajasa mengakui bahwa ia telah bersahabat dengan Muhammad Riza Chalid (MRC) selama beberapa dekade, mengatakan bahwa MRC mempunyai bisnis impor minyak, dan mengatakan bahwa ia kenal MRC dan Haji Harris Efendi Thahir (Ketua Umum Majelis Dzikir SBY Nurussalam) dari Majelis Dzikir.
- Fakta: Melihat sejarah Hatta Rajasa, ia dikenal sebagai salah satu pengusaha yang sejak tahun 1980 bergabung dengan Medco Energy milik Arifin Panigoro (Alumni ITB dan Pendiri Partai PDP) di Singapura dan di Indonesia.
- Fakta: Tabloid Politic Edisi 15 bulan Mei 2012 memaparkan bahwa Muhammad Riza Chalid mempunyai bisnis impor minyak, mempunyai Kidzania (di Pacific Place, SCBD Tomy Winata), mendirikan Al-Jabr Islamic International School yangdiresmikan oleh Menteri Agama Drs. H. Suryadharma Ali, M.Si., dan menempati rumah di Jalan Wijaya (di belakang Mabes Polri dan di kawasan SCBD Tomy Winata Bank Artha Graha).
- Fakta: Pada 2 Juli 2014, Ketua Dewan Pertimbangan Presiden, Prof. Dr. Emil Salim, Ph.D (keponakan Haji Agus Salim, Pendiri Partai PAN) menegaskan bahwa “R” adalah sahabat salah satu cawapres, R adalah keturunan Pakistan, R sangat ingin subsidi BBM tetap ada dan membesar karena akan semakin menguntungkan dirinya, dan terakhir kita membangun kilang penyulingan minyak (refinery) adalah pada sekitar zamanMarsekal Madya (Purn.) Ginandjar Kartasasmita (Alumni ITB).
- Fakta: Nama Riza Chalid makin ramai disebut-sebut sejak pemberitaan bahwaMenteri Negara BUMN Dahlan Iskan hendak membubarkan Petral karena disinyalir jadi sarang korupsi. Namun, belum tuntas rencana Dahlan Iskan membubarkan Petral, ia keburu dipanggil dan ditegur keras oleh Presiden Jenderal (Purn.) SBY dan Hatta Rajasa di depan Karen Agustiawan (Alumni ITB). Isu pembubaran Petral pun kembali menguap.
- Fakta: Laporan Utama di Majalah GEO ENERGI Indonesia edisi Januari 2014: "Ambisi Pertamina buat (Si)apa?" yang ditulis oleh Sri Widodo Soetardjowijono, Ishak Pardosi, Amanda Puspita Sari, Faisal Ramadhan, dan Indra Maliara menguraikan bagaimana60 persen anggota kabinet SBY berasal dari rekomendasi Riza Chalid(dimasukkan melalui Hatta Rajasa-untuk mengamankan bisnis minyak Riza Chalid) dan bagaimana pernikahan Edhie Baskoro Yudhoyono dan Siti Ruby Aliya Rajasa diyakini hampir seluruh elemen masyarakat Indonesia berfungsi untuk mempertebal dan mengembangkan kerja sama dinasti Ny Ani Yudhoyono (anak Jend. Sarwo Edhie Wibowo) dan Hatta Rajasa di Indonesia.
- Fakta: Dr. Theodorus M. Tuanakotta, S.E., M.B.A. (Mantan CEO Deloitte salah satu Big4 Kantor Akuntan Publik/Auditor Independen di dunia, MBA dari Harvard Business School, pendiri Ikatan Akuntan Indonesia – Seksi Akuntan Publik, Tenaga Ahli BPK dan KPK, penulis buku "Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif" dan "Mendeteksi Manipulasi Laporan Keuangan" yang sangat populer, penerima Satyalancana Wira Karya, dan dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia) menuturkan bahwa Hatta Rajasa memiliki influence amat sangat besar di Indonesia karena ia terlibat dengan Muhammad Riza Chalid "Gasoline Godfather" Pertamina Energy Trading Limited (Petral) di Singapura.
Utama: Permainan antara Muhammad Riza Chalid “Gasoline Godfather” di Petral dan Hatta Rajasa
- Fakta: Tren Pendidikan S1 Direktur Utama Pertamina akhir-akhir ini (Martiono Hadianto, Baihaki Hakim, Ariffi Nawawi, dan Karen Agustiawan) adalah Teknik ITB dan Hatta Rajasa berasal dari S1 Teknik Perminyakan ITB.
- Fakta: Pada 11 Februari 2014, Wakil Komite Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas), M. Fanshurullah Asa, kembali menegaskan fakta bahwa Indonesia mengimpor BBM dari Singapura, negara yang tidak ada eksplorasi (pencarian) dan eksploitasi (produksi) minyak.
- Fakta: Walaupun Singapura tidak memiliki sumur minyak, kapasitas penyulingan minyak (refinery) di Singapura adalah 1,4 juta barrel/hari, sedangkan kapasitas di Indonesia hanya 1,1 juta barrel/hari.
- Fakta: Majalah Intelijen edisi 5-18 November 2009 mengulas mengenai perusahaan induk Riza Chalid, Petral dan Global Energy Resources, dan anak-anak perusahaannya Supreme Energy, Orion Oil, Paramount Petro, Straits Oil, dan Cosmic Petroleum di British Virgin Island dan kongsi bisnisnya yang tidak transparan dengan Pertamina.
- Fakta: Pada Selasa 25 November 2014, Plt. Dirjen Migas Kementerian ESDM, Naryanto Wagimin, mengakui bahwa Hutomo Mandala Putra (Tommy Soeharto) adalah salah satu pemegang saham Petral.
- Fakta: Dalam kesempatan wawancara Bareksa.com dengan Pak Faisal Basri (Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas, Dosen FEUI yang dikenal rasional-protektif, dan Calon Gubernur DKI Jakarta dari jalur independen); perkenalan Purnomo Yusgiantoro (Alumni ITB, Golkar) dengan Muhammad Riza Chalid bermula sejak Purnomo menjadi staf kepercayaan Ida Bagus Sudjana (Menteri ESDM 1993-1998.)
- Fakta: Sila melihat laporan keuangan Pertamina bagian Opini Auditor Independen PricewaterhouseCoopers, Petral di Singapura yang notabene berperan sangat penting bagi kita, negara raksasa pengimpor minyak, malahan tidak diaudit oleh PwC sendiri dengan alasan aset lancar (kas, piutang, dsb) dan aset tetap (bangunan, dsb)-nya kecil. Padahal dengan diauditnya Petral oleh PwC sendiri, mungkin dapat mengungkap kecurigaan harga beli BBM yang sesungguhnya yang selama ini memberatkan pos belanja negara sekali pakai habis/mengikat (subsidi).
- Fakta: Dengan menggunakan data yang paling konservatif dari Menteri Koordinator bidang Perekonomian dan Menteri Keuangan di zaman kyai haji yang gemar membaca, Dr. Rizal Ramli, Ph.D.; Guru Besar Manajemen UI, Prof. Rhenald Kasali, S.E., M.Sc., Ph.D.; peneliti PPE FEB UMS, Dr. Daryono Soebagyo, M.Ec.; peneliti senior Indonesian Resources Studies, Ir. Samsul Hilal, M.S.E.; dan Direktur Eksekutif Indonesia Mining and Energy Studies, Erwin Usman, Riza Chalid menghasilkan US$ 2,597 juta per hari setara 29,865 miliar rupiah per hari (Kalkulasi: Impor 700rb barrel/hari x 80% Petral x 41,67% Riza Chalid x 159 liter/barrel x US$ 0,07 mark-up/liter x Rp11.500/US$), sementara keluarga Ani Yudhoyono mendapat US$ 0,5 per barrel dari minyak mentah dan minyak olahan baik yang diimpor maupun yang diekspor setara 8,166 miliar rupiah per hari (Kalkulasi: Minyak Mentah [Ekspor 13.017.000 ton/tahun + Impor 16.015.600 ton/tahun = 29.032.600 ton/tahun * 7,418 barrel/ton = 215.363.826,8 barrel/tahun] + Minyak Olahan [Ekspor 5.914.700 ton/tahun + Impor 29.612.100 ton/tahun = 35.526.800 ton/tahun * 8,53 barrel/ton = 303.043.604 barrel/tahun] = 518.407.430,8 barrel/tahun * US$ 0,5/barrel = US$ 259.203.715,4/tahun * Kurs Rp11.500/US$ = Rp2.980.842.727.100/tahun = Rp8.166.692.403,01/hari.) Lebih jauh, bila Anda ingin melihat rincian jumlah barrel yang diimpor per masing-masing kategori minyak, Anda dapat melihatnya pada 3 publikasi yang dikeluarkan oleh Kementerian ESDM yaitu Statistik Minyak dan Gas Bumi Tahun 2011, Statistik Minyak dan Gas Bumi Tahun 2012, dan The 2013 Edition of The Handbook of Energy & Economic Statistics. Ke depannya, kami sarankan audit working papers/audit files seluruh BUMN, seperti Pertamina, dapat dibaca oleh seluruh pembayar pajak/WNI.
- Fakta: Pada unjuk rasa di depan Gedung KPK pada Selasa, 3 Juni 2014 , Direktur Riset Badan Pemerhati (BP) Migas, Syafti Hidayat; Koordinator Jaringan Aksi Mahasiswa (JAM) Indonesia, Anyonk Latupono; dan Koordinator Lapangan Koalisi Mahasiswa Jakarta (KMJ), Saefullah Muhammad menuntut KPK memeriksa Hatta Rajasa atas perannya sebagai mafia migas.
- Fakta: Pada Senin 16 Juni 2014, Direktur Pengolahan Solidaritas Kerakyatan Khusus (SKK) Migas, Ferdinand Hutahayan, telah melaporkan Hatta Rajasa kepada KPK dan menyampaikan bukti-bukti yang dimilikinya. Lebih jauh, Ferdinand mengatakan mafia perminyakan meraup untung sedikitnya Rp 100 miliar per hari atau Rp 36 triliun per tahun.
- Fakta: Pada Kamis 3 Juli 2014, ratusan massa Aliansi Zatapi SP3 mengadakan aksi teatrikal di Bundaran HI dan demo di depan Kantor Kemenko Perekonomian dan Kantor Kementerian BUMN menuntut pembubaran Petral yang melakukan mark-up paling sedikit US$ 5 per barrel.
- Fakta: Banyak kegeraman warga di twitter, facebook, dan instagram yang intinya menceritakan ambisi menggebu-gebu Muhammad Riza Chalid agar Hatta Rajasa menjadi orang nomor 1 di negeri ini. Dimulai dari Riza Chalid berusaha sangat keras untuk mencomblangi Joko Widodo dengan Hatta Rajasa. Salah satunya adalah dengan mendorong Amien Rais (sahabat karib Fuad Bawazier) untuk menyuarakan duet Joko Widodo-Hatta Rajasa dari jauh-jauh hari, membuat team desain untuk membuat gambar-gambar “JKW-HR” untuk di BBM, Twitter, Facebook, dan spanduk; dan bahkan, usai pileg, Riza Chalid dan Hatta Rajasamendatangi pemenang Bung Hatta Anti-Corruption Award untuk mengajukan dana kampanye tidak terbatas dengan ganti menjadikan Hatta Rajasa menjadi wakil dirinya dan platform pengelolaan Sumber Daya Alam akan diatur oleh PAN.
Tentu saja, hal ini ditolak mentah-mentah oleh Jokowi dan mereka pun terpaksa menciptakan duet dadakan Prabowo-Hatta dengan mahar 10 triliun. (Berbanding terbalik dengan Jokowi, Prabowo yang megap-megap keuangannya menerima duet dan uang ini). Usai transaksi tersebut, Bos Petral yang merugikan negara 75 triliun per tahun ini kemudianmembeli rumah Yurike Sanger, istri ketujuh Soekarno, untuk memberi kesan Sukarnoismelalui Haji Harris Efendi Thahir (Ketua Umum Majelis Dzikir SBY Nurussalam). Dalam menjaga investasinya, Riza Chalid rutin mengunjungi Rumah Polonia, membiayai tabloid “Obor Rakyat” yang dipimpin Asisten Staf Khusus Presiden Setyardi Boediono (penulis buku “Hanya Fitnah dan Cari Sensasi, George Revisi Buku” atau buku tandingan "Membongkar Gurita Cikeas" pada tahun 2009) dan Muchlis Hasyim Jahya (CEO Inilah Group [http://www.inilah.com, http://www.inilahjabar.com dan Inilah Koran]), dan, bersama dengan Hatta Rajasa, menghalalkan segala cara untuk memenangi pilpres ini. Salah satu bentuk penghalalan segala cara yang dapat membuat Allah murka adalah menghilangkan makna suci “Perang Badar”, menggaet Pemuda Pancasila FPI FBR, mencuri start dengan memaparkan visi-misi di tvOne milik Aburizal Bakrie, membentuk laskar cyber bayaran yang memelintir berita buruk tentang Prabowo dan Hatta Rajasa menjadi baik dan melancarkan kampanye jahat kepada Jokowi, mencoba menipu mereka yang tidak mempunyai akses internet yang memadai dengan berbagai kampanye hitam, membuat surat palsu pemanggilan Jokowi terkait Bus TransJakarta yang dibuat oleh Edgar S. Jonathan (Ketua Tunas Indonesia Raya yang dekat dengan CameoProject saat membuat flashmob kotak-kotak untuk kampanye Basuki-Jokowi di tahun 2012), mencatut nama KPK dalam transkrip palsu dan isu kepemilikan rekening di Bank Shangai (Update: Progres 98 pimpinan Faizal Assegaf sudah dituntut oleh KPK, Jaksa Agung, dan Megawati Soekarnoputri), menggunakan politik uang, menyulut emosi Pancasilais PDI-Perjuangan dengan mengatakan PDI-Perjuangan adalah jiplakan PKI melalui tvOne milik Aburizal Bakrie (Update: tvOne sudah minta maaf), mengganggu konsentrasi Jusuf Kalla sepanjang debat cawapres yang disiarkan di RCTI, Global TV dan MNC TV milik Hary Tanoesoedibjo dan Bambang Trihatmodjo yang ditonton oleh ratusan juta penduduk Indonesia, melarang moderator debat keempat Dwikorita Karnawati (Wakil Rektor UGM) melihat ke arah calon-calon menteri Prahara dan hadirin di belakang dirinya, dan Hatta Rajasa tidak dapat menahan senyum ketika menikmati hal ini. Tindakan-tindakan tidak beradab calon menteri-menteri Prahara (duduk di belakang Hatta Rajasa) dan hadirin (di belakang moderator) ini sungguh tidak pantas ada di depan mata Allah dan di negeri ini.
- Kabar belum terkonfirmasi: Simson Panjaitan yang berlatar belakang hukum dan minim pengalaman ditempatkan menjadi kepala keuangan (Head of Finance) di Petral.
- Kabar belum terkonfirmasi: Wijasih Cahyasari “Wiwiek”, kakak Ani Yudhoyono, pernah menerima US$ 400 ribu dari Riza Chalid sebagai ganti Riza Chalid membatalkan pertemuan Wiwiek dan Dirut Petral Nawazier.
- Kabar belum terkonfirmasi: Ari Soemarno (alumni RWTH Aachen, Jerman) diberhentikan usai menjabat sebagai Direktur Utama Pertamina 2006-2009 karena berhasil membentuk Integrated Supply Chain (ISC) untuk pembelian tender impor yang fair, ingin memindahkan Petral dari Singapura ke Batam, dan dikhawatirkan dekat dengan Megawati seperti adiknya, Rini Mariani Soemarno (Menperin tahun 2001-2004).
- Selingan: Walaupun diberi jabatan Menteri Koodinator Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa dianggap sangat tidak mengerti ekonomi dan menjadi bahan tertawaan oleh Chatib Basri, Faisal Basri, Darmin Nasution, Fauziah Zen, Telisa Falianty, Lana Soelistianingsih, Mawar I. R. Napitupulu, dan hampir seluruh dosen yang mengajar di FEUI. Satu dari sekian banyak contoh yang mudah adalah ucapan Hatta Rajasa pada tahun 2010 yang menargetkan PDB Nominal mencapai angka Rp 10.000 triliun per tahun 2014. Pak Chatib Basri (sebelum terpilih jadi menteri) mengatakan "Menko Ekuin kalian sekarang tol*l banget tuh.. Masa' menggunakan PDB Nominal sebagai target.. Kalau saya jadi dia sih, gampang saja, saya naikan saja inflasi dua kali lipat." Hal ini sontak disambut tawa menggelegar satu kelas besar. Bagaimana mungkin seorang menko ekuin tidak mengetahui perbedaan antara PDB Nominal dan PDB Riil (yang sudah di-adjust dengan inflasi/kenaikan harga); sesuatu yang telah diajarkan di Pengantar Ekonomi 1.
Utama: Keburukan Setahun sebelum Pilpres
- Fakta: Pada Maret 2013, Hatta Rajasa, Wakil Menteri ESDM, dan Karen Agustiawan berangkat ke Irak untuk membeli ConocoPhillips Algeria Ltd dengan harga US$ 1,75 miliar yang diklaim Pertamina menghasilkan 23.000 barrel per hari. Di lain sisi, Reuters mengatakan net carrying value ConocoPhillips Algeria Ltd hanyalah US$ 850 juta dan rata-rata produksinya hanya 11.000 barrel per hari. Maka bila kita hitung, terdapat selisih US$ 900 juta atau setara 10,35 triliun rupiah (kurs Rp11.500/US$) dan selisih produksi 12.000 barrel per hari. Kemana larinya?
- Fakta: Pada Senin 9 Desember 2013, bersamaan dengan tragedi tabrakan KRL dan mobil tangki Pertamina di Bintaro, Pertamina melakukan ground breaking proyek pembangunan Pertamina Energy Tower setinggi 99 lantai dengan total biaya lebih dari US$ 850 juta atau 9,775 triliun rupiah (kurs Rp11.500/US$). Dalihnya adalah untuk menyaingi gedung Petronas setinggi 88 lantai.
- Fakta: Ari Soemarno (mantan Direktur Utama Pertamina, alumni RWTH Aachen Jerman) sangat tidak setuju tindakan Pertamina untuk membangun gedung yang menyaingi tinggi gedung Petronas bila 70 persen pendapatan Pertamina masih berasal dari penjualan BBM Bersubsidi. Lebih jauh, Direktur Eksekutif Indonesia Energi Monitoring, Zuli Hendriyanto, juga sependapat dan menyarankan agar Pertamina fokus memperbaiki kondisi internalnya terlebih dahulu.
- Fakta: Realisasi subsidi BBM tahun 2013 adalah 210 triliun rupiah (49% untuk mobil pribadi), sementara dividen Pertamina kepada Pemerintah Indonesia untuk tahun buku 2013 hanyalah 4,5%-nya (atau 9,5 triliun rupiah). Sedangkan, dividen Petronas kepada Pemerintah Malaysia untuk tahun buku 2013 adalah 101 triliun rupiah.
- Fakta: Kalangan akuntan publik/auditor independen tergelak terbahak-bahak usai melihat iklan-iklan pembodohan masyarakat khas Pertamina di Koran KOMPAS dan lain-lain atas "keberhasilan perusahaan" masuk Fortune 500 (500 perusahaan terbesar dari segi pendapatan, bukan laba bersih yang sudah dikurangi beban operasi) kendati Pertamina masih mendapat bantuan subsidi dari pemerintah dan tidak seefisien Shell, Total, dan Petronas.
Utama: Permainan oleh Keluarga Ani Yudhoyono dan Partai Demokrat
- Fakta: Hatta Rajasa dan Marzuki Alie (Wakil Ketua Umum Majelis Tinggi Partai Demokrat, Ketua DPR tahun 2009-sekarang) lahir dan dibesarkan di Palembang.
- Fakta: Usai Purnomo Yusgiantoro (Golkar, Alumni ITB) menjabat sebagai Menteri ESDM selama 9 tahun, ia langsung digantikan pendiri dan anggota Dewan Pembina Partai Demokrat (Darwin Zahedy Saleh) selama dua tahun dan, kemudian, Sekretaris Jenderal Partai Demokrat dan Alumni ITB (Jero Wacik) sampai sekarang.
- Fakta: Menurut buku "Cikeas Kian Menggurita" yang ditulis George Junus Aditjondro dan diterbitkan Galang Press, keluarga Ani Yudhoyono terlibat dalam sindikat mafia perminyakan guna menambah kekayaan dan kekuasaan. Untuk memastikan ini, silakan Anda mencari tahu alasan di balik grasi Schapelle Leigh Corby (Warga Negara Australia), usai santer diberitakan penyadapan Australia memperoleh bukti-bukti bahwa keluarga Ani Yudhoyono, khususnya Erwin Sudjono (kakak ipar Ani Yudhoyono), sangat aktif dalam mafia perminyakan.
Foto: Gatot Mudiantoro Suwondo, CEO Bank BNI (adik ipar Ani Yudhoyono)
Utama: Penistaan Rasa Keadilan oleh Keluarga Jend. Besar (Purn.) Soeharto dan Keluarga Ani Yudhoyono kepada Masyarakat Indonesia
- Fakta: Selain kasus Ibnu Sutowo dan Rudi Rubiandini, sangat banyak sekali kasus di Kementerian ESDM yang merobek-robek rasa keadilan masyarakat Indonesia. Sedikit dari sekian banyak kasus yang dibiarkan pemerintah Orba dan “Orba bungkus baru” adalah Production Sharing Contract sejak "pemberian" Supersemar, Triton (perusahaan Perancis) tahun 1989, Depo Balaraja sejak tahun 1996, Mark-Up di Kilang Balongan sejak tahun 1998 oleh Marsekal Madya (Purn.) Ginandjar Kartasasmita (Alumni ITB), Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 yang melepas hak Pertamina sebagai pemegang kuasa pengelolaan migas negara dan memposisikan Pertamina tak jauh berbeda dari kontraktor swasta, Petral dan Credit Suisse Singapura di tahun 2002, penjualan VLCC di bawah harga pasar oleh Laksamana Sukardi (Alumni ITB, Sahabat Arifin Panigoro “Medco Energy", dan Pendiri Partai PDP yang dipecat Megawati Soekarnoputri) di bulan Juni tahun 2004, perjanjian sewa tanker Humpuss Intermoda (perusahaan Tommy Soeharto) untuk tahun 1990-2009 dan 2009-2014, impor minyak Zatapi di tahun 2008, dan kelebihan Cost Recovery kepada Chevron di tahun 2012.
- Fakta: Dari tahun 2004 hingga tahun 2012, terdapat inkonsistensi data produksi minyak antara di SKK Migas dan di Kementerian ESDM.
- Fakta: Dari tahun 2002 hingga tahun 2012, trend jumlah lifting (produksi) minyak kita terus menurun namun trend cost recovery kita terus menanjak.
- Fakta: Negara superpower Amerika Serikat yang terunggul dalam penyadapan pun kewalahan dengan inkonsistensi data statistik perminyakan di negara kita. Hal ini dinyatakan secara gamblang oleh AS dalam pembukaan laporan 2005-2006 dan pembukaan laporan 2007-2008.
- Fakta: Defisit (/produksi dikurang konsumsi) minyak dimulai sejak awal pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2004. Kala itu defisitnya 3,8 miliar dollar AS. Selama dua periode pemerintahan Yudhoyono, defisitnya sudah meroket lebih dari tujuh kali lipat.
- Fakta: Usai kedatangan Obama ke Indonesia pada 9-10 November 2010, suami Ani Yudhoyono menyerahkan Lapangan Banyu Urip Blok Cepu di Bojonegoro, Jawa Timur yang memiliki kandungan minyak terbesar di dunia (produksi harian 30 ribu barrel, cadangan minyak 450 juta barrel) kepada Mobil Cepu Ltd. (MCL), anak perusahaan Exxon Mobil Corporation. Satu-satunya alasan yang masuk akal bagi kami adalah penyadapan Amerika telah berhasil menemukan perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh keluarga Ani Yudhoyono dan menggunakannya dalam tawar menawar (bargaining).
- Fakta: Dari tahun 2007 hingga tahun 2012, secara kasar terdapat kekurangan 654 triliun rupiah pada penerimaan negara bukan pajak (PNPB) migas di Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (Audited) bila PNPB migas dihitung sesuai Laporan Tahunan SKK Migas.
- Fakta: Menurut Laporan Rekonsiliasi EITI Indonesia Sektor Migas 2010 - 2011 yang dirilis pada 21 April 2014, Kantor Akuntan Publik yang ditunjuk untuk melakukan rekonsiliasi penerimaan pajak dan non-pajak pemerintah dari PSC Contractors (KKKS) mengaku bahwa sulit untuk mengevaluasi konsistensi dan kebenaran Financial Quarterly Report (FQR) dengan Authorized for Expenditure (AFE), Work Program & Budget (WP&B), dan Plan of Development (POD.) Menurut salah satu manajer KAP Gideon Adi dan Rekanpada seminar di FEUI, hal tersebut disebabkan oleh perlakuan sangat tidak kooperatif para PNS (para pelayan publik) di Bidang Pengendalian Perencanaan SKK Migas. Oleh karena itu, beliau menyarankan agar mahasiswa FEUI mempelajari Temuan Audit BPK atas SKK Migas, menelaah kelemahan-kelemahan pada PTK PSC Contractors (KKKS) AFE 074, WP&B 073, dan POD 072, dan mengkritisi pengangkatan Aussie Gautama (Alumni ITB, Vice President Geoscience and Reservoir Total E&P Indonesie) sebagai Deputi Pengendalian Perencanaan oleh Hatta Rajasa (Alumni ITB, besan Ani Yudhoyono) dan Jero Wacik (Sekretaris Jenderal Majelis Tinggi Partai Demokrat, Menteri ESDM).
- Fakta: Ketua Umum MUI dan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof. Dr. KH. Din Syamsuddin, M.A.; Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Komaruddin Hidayat; tokoh NU Dr. (H.C.) K.H. Salahuddin Wahid; K.H. Hasyim Muzadi; menantu Bung Hatta, Prof. Sri-Edi Swasono; Kepala Pusat Studi Ekonomi Pancasila UGM, Dr. Revrisond Baswir; Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE), Dr. Hendri Saparini, Ph.D; Menteri Koordinator bidang Perekonomian di zaman kyai haji yang gemar membaca, Kwik Kian Gie; dan Rektor IBII, Anthony Budiawan mengatakan ada pemberian 85% pengelolaan (eksplorasi dan eksploitasi) migas Indonesia kepada asing secara transaksional.
- Fakta: Sepanjang tahun 2013, Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB) dan Serikat Pekerja Pertamina PWK (SPP PWK) mendemo Menteri ESDM Jero Wacik (Sekretaris Jenderal Majelis Tinggi Partai Demokrat, Alumni ITB) dan Kepala SKK Migas Rubi Rudiandini (Sekretaris Jenderal Majelis Tinggi Partai Demokrat) yang terus-menerus mengatakan Pertamina tidak mampu mengelola Blok Mahakam, memprotes mengapa Pertamina hanya mengelola 15 persen sektor migas Indonesia dan selebihnya dikelola oleh asing, dan mengecam penyerahan KSO Pertamina kepada perusahaan China.
- Selingan: Karena pada artikel International Herald Tribune New York Times tanggal 8 Agustus 2003 yang ditulis oleh pendiri dan ketua Business Executives for National Security, Menko Polhukam Jenderal (Purn.) Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan "I love the United States, with all its faults. I consider it my second country"; tak sedikit lansia yang mafhum sewaktu membaca pernyataan Jend. (Purn.) Pramono Edhi Wibowo, anak kandung Jend. (Purn.) Sarwo Edhi Wibowo, bahwa Demokrat dengan bulat mendukung the American's fair-haired boy.
AKUN-AKUN PENYEBAR KEBOHONGAN DAN PEMBENTUK OPINI
1. FPI dibentuk oleh pensiunan militer sebagai attack dog yang memisahkan militer dan polisi dari tuduhan pelanggaran HAM. (Lihat dokumen-dokumen Wikileaks) Di samping itu, ingat saat tahun 1998, selain militer, ada unsur lain yang melakukan kekerasan terhadap mahasiswa dengan senjata-senjata yang tak lazim dengan pakaian-pakaian menyerupai santri-santri. Tak hanya sampai di situ, Pemuda Pancasila yang diboyong ke dalam tim kampanye Prabowo-Hatta untuk memikat korban utang luar negeri zaman Soeharto rupa-rupanya juga digunakan untuk membuat bangsa Indonesia pucat pasi, teringat akan The Act of Killing, kebiadaban peristiwa kerusuhan 13-15 Mei 1998, dan perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh
- Japto Soerjosoemarno (Keturunan Yahudi, anak Mayor Jenderal (Purn.) Soetarjo Soerjosoemarno, Pendiri dan Ketua Umum Pemuda Pancasila, dan Ketua Geng 234SC);
- Yorrys Raweyai/Thung Hok Liong (Berasal dari Papua, Ketua Pemuda Pancasila,Politisi Golkar, Anggota 9 Naga, dan Anggota Komisi I DPR RI);
- Tomy Winata/Oe Suat Hong (Pemilik Bank Artha Graha, Mal Artha Gading, Mangga Dua Square, Hotel Borobudur, dan Electronic City, Anggota 9 Naga, Pemilik tempat judi di ITC Mangga Dua, Pemilik Pulau Pantara, Pulau Sebaru, dan Pulau Matahari di Kepulauan Seribu, Pendiri Satelindo, Sahabat Tommy Soeharto, Agen Amerika Serikat dan Taiwan, Pengguling Megawati Soekarnoputri dari kursi presiden, Penyedia tempat di tahun 2001 saat SBY pertama kali mengutarakan keinginannya untuk maju sebagai presiden, dan Pemberi dana kepada Partai Demokrat);
- Sugianto Kusuma/Aguan (Mengenalkan Tomy Winata kepada Yayasan Kartika Eka Paksi sewaktu dipimpin Jenderal Edi Sudradjat, Senior Tomy Winata, Komisaris Utama Bank Artha Graha, bersama TB Silalahi dan Tomy Winata menjabat sebagai Komisaris PT Jakarta International Hotel & Development, Tbk., Anggota 9 Naga, Agen Amerika Serikat dan Taiwan, Pemberi dana kepada Partai Demokrat, dan Pemilik Agung Sedayu Grup);
- Mayor Jenderal (Purn.) TB Silalahi/Tiopan Bernhard Silalahi (Pernah ditugaskan di Papua dan membantu Tomy Winata di Yayasan Kartika Eka Paksi, Bapak angkat Tomy Winata, Komisaris Bank Artha Graha, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara tahun 1993-1998, Penyalur uang Tomy Winata kepada Presiden SBY, Ketua Dewan Pengawas Partai Demokrat, Anggota Dewan Majelis Tinggi Partai Demokrat, dan Anggota Dewan Pertimbangan Presiden);
- Rudi Raja Mas (Pengelola kasino di Pulau Ayer Kepulauan Seribu, Pengelola berbagai tempat judi di Mangga Dua dan Glodok, Penggandeng FPI, dan Musuh Basuki Tjahaja Purnama karena menolak penutupan Diskotek Stadium);
- Abraham "Lulung" Lunggana (Preman Tanah Abang dan Pemilik Ratusan Kios di Tanah Abang, Pelindung Tomy Winata, Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta yang kalah melawan Basuki Tjahaja Purnama, dan Ketua DPW PPP DKI Jakarta yang membawa Lamborghini);
- Eggi Sudjana (Sahabat Habib Rizieq FPI yang bermarkas di Petamburan Tanah Abang, Kuasa Hukum Bupati Garut Aceng Fikri yang mengingatkan akan kerusuhan, Ketua Tim Pengacara eks Kadishub DKI Udar Pristono yang tersangkut kasus korupsi bus TransJakarta, dan Ketua Tim Advokasi Pemenangan Prabowo-Hatta yang disemprot Ketua DKPP Jimly Asshiddique karena memanggilnya dengan sebutan "Abang"); dan
- Fuad Bawazier (Pendiri Al-Irsyad, Dirjen Pajak dari tahun 1993 sampai tahun 1998, Menteri Keuangan tahun 1998, Komisaris Utama Satelindo, Penyalur uang Keluarga Cendana ke Poros Tengah yang bersama Arifin Panigoro "Medco Energy" menjatuhkan Gus Dur, Sahabat karib Amien Rais, Anggota MPR-RI dari PAN tahun 1999-2004, Anggota DPR-RI dari PAN tahun 2004-2009, Satu dari Dua Calon Ketua Umum PAN tahun 2005-2010, dan Anggota Dewan Pakar Tim Kampanye Prabowo-Hatta)
2. Triomacan2000 (Syahganda Nainggolan [dulu Staf Ahli Menko Ekuin Hatta Rajasa, sekarang Direktur Penggalangan Relawan Tim Sukses Prabowo-Hatta Rajasa], Abdul Rasyid [Staf Ahli Menko Ekuin Hatta Rajasa], dan Raden Nuh) selalu melindungi dan memuja setinggi langit Hatta Rajasa, besan Ani Yudhoyono.
- Selingan: Putra sulung Hatta Rajasa, Ihsan Rajasa (pengusaha minyak), dicerai istrinya, Kusuma Anggraini "Ninik" (cucu kesayangan Mooryati Soedibyo) karena Ihsan tidak setia. Dikabarkan pula, Ihsan gemar show-off (pamer) berselingkuh di depan istrinya dan tak jarang melakukan KDRT usai mengonsumsi narkoba. Tak heran, anak ketiga Bung Hatta dan pendiri Partai Gerindra, Ibu Halida Hatta, mengkritik peneriakan yel-yel "Bung Hatta, Bung Hatta!" kepada Hatta Rajasa.
- Selingan: Setelah perang dingin selesai, dari negeri Paman Sam muncul pengakuan Howard Jones (Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia tahun 1958-1969) dalam Buku "Indonesia: The Possible Dream", pengakuan Marshall Green (Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia tahun 1965-1969) dalamBuku "Indonesia: Crisis and Transformation: 1965-1968" dan hasil wawancara Tim Weiner (pemenang Pulitzer Prize) dengan beberapa mantan Kepala Stasiun CIA di Jakarta dalam Buku "The History of CIA: Legacy of Ashes" mengenai keterlibatan CIA di Indonesia selama tahun 1965-1968. Sedangkan setelah Orde Baru runtuh, dari dalam negeri muncul kesaksian dr. Soebandrio (tahanan politik selama 29 tahun, dokter pribadi Ir. Soekarno, Kepala Badan Pusat Intelijen Republik Indonesia 1959-1966, Duta Besar Indonesia untuk Inggris dan Uni Soviet) dalam Buku "Kesaksianku tentang G 30 S" dan hasil wawancara Team Tabloid DeTAK dengan para pelaku sejarah G 30 S/PKI dalam Tabloid DeTAK edisi 29 September 1998 - 5 Oktober 1998 mengenai keterlibatan CIA di Indonesia selama tahun 1965-1968. Kelima buku tersebut, walaupun menggunakan sumber data primer yang berbeda, mempunyai benang merah yang sama. Tak heran, Jajang C. Noer (istri sutradara film "Pengkhianatan G 30 S/PKI", Alm. Arifin C. Noer) dan Slank mendukung pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Tak heran, Jajang C. Noer (istri sutradara film "Pengkhianatan G 30 S/PKI", Alm. Arifin C. Noer) dan Slank (Duta Antikorupsi) melawan kekuatan bengis yang halalkan segala cara demi kuasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar